Areksa Bagian Ke 2

Tabacko – Areksa mengucapkan sesuatu yang berhasil membuat ibunya dan Febby menoleh. Areksa mengatakan jika pasti Febby melakukan suatu kesalahan yang membuat ayahnya berubah.

Ibu Dewi memperingati anaknya dengan mencubit tangan Areksa, membuat Areksa meringis. Febby termenung, menurutnya dirinya tidak melakukan kesalahan sama sekali.

Febby berdiri dari duduknya, berpamitan pada Dewi dan segera keluar ruangan. Areksa memandangi kepergian Febby dengan tatapan yang sulit.

Sudah 3 hari dirawat, sekarang ibunya sudah diperbolehkan untuk pulang. Ibu Dewi merasa bimbang saat Areksa membawanya ke sebuah rumah yang tidak terlalu besar ataupun kecil.

Areksa menggandeng ibunya masuk kedalam. Ibu Dewi tambah terkejut ketika melihat foto-foto yang terpampang jelas di dinding.

Areksa menatap ibunya lalu memeluk ibunya. Areksa mengatakan jika Ibu Dewi hanya kan tinggal bersamanya tanpa sosok temperamental seperti ayahnya. Karena Areksa ingin melindungi ibunya dari kekerasan rumah tangga.

Ibu Dewi tidak mampu menjawabnya, Dewi bingung bagaimana jika kejadian yang tidak diinginkan nanti terjadi.

Bertemu dengan Ayah

Setelah mengantarkan ibunya ke sebuah kamar yang sudah Areksa siapkan untuk ibunya. Areksa berpamitan untuk pergi keluar karena ada sebuah urusan.

Areksa pergi melajukan motor sportnya dengan kecepatan tinggi. Memberhentikan motornya di sebuah gedung tinggi. Areksa masuk tanpa memeperdulikan orang orang sekitarnya.

Areksa berhenti di depan ruangan, berdiam sebentar lalu membuka pintu ruangan itu. Di dalamnya terdapat seorang pria berumur yang berwajah mirip dengan Areksa .

Areksa mendekati meja kerja, Menyerahkan sebuah amplop pada ayahnya. Mereka saling bertatapan, Areksa menatap ayahnya dengan pandangan sengit.

Ayah Areksa membuka amplop itu dan membaca isi surat itu. Sebuah surat yang sudah Areksa tanda tangani di atas materai, yang berarti jika surat itu resmi dan tidak dapat digugat.

Surat itu adalah surat yang di buat Ayah Areksa sendiri. Ayahnya menaruh surat itu lalu menatap anaknya. Areksa mengucapkan jika mulai sekarang Perusahaan yang di pegang ayahnya sudah beralih tangan pada Areksa.

Perusahaan warisan kakeknya ini sudah dibawah kendali Areksa. Dulu karena Areksa masih belum cukup umur untuk memegangnya, jadi perusahaan ini di kendalikan ayahnya.

Dengan perjanjian jika Areksa sudah menanda tangani surat perjanjian dengan menggunakan materai berarti perusahaan ini sudah dipegang Areksa dan jabatan Fendi sudah berada di bawah kendali Areksa.

Sebelum Areksa pergi, dengan seringai Ayahnya berkata jika Areksa sudah menandatangani surat ini berarti keputusan perjodohan tetap terjadi.

Areksa memejamkan matanya sebentar lalu pegri. Setelah Areksa keluar, Fendi membanting semua barang barang yang ada didepannya.

Areksa berdiri menatap ibunya yang tengah sibuk berperang dengan alat-alat masak. Ibunya menata hasil masakannya di meja makan, setelah siap ibunya segera pergi untuk memanggil putranya.

Hampir saja ibu Areksa terjatuh karena tidak mengetahui jika Areksa berada di belakangnya. Areksa tertawa melihat wajah ibunya.

Ibu Areksa ingin marah tetapi tidak tega melihat putranya yang sekarang ini bisa kembali tertawa dengan lepas. Tetapi tidak terpungkiri jika ibunya geram dengan kelakuan putranya ini lalu mencubit perut putranya yang berbalut seragam sekolah. Membuat Areksa mengaduh.

Ibu Areksa menyuruh Areksa duduk dan segera sarapan karena ini sudah siang. Selesai sarapan Areksa berpamitan pada ibunya untuk pergi sekolah.

Momen bersama teman

Areksa berkumpul dengan teman-temannya di parkiran sekolah. Mereka saling bercanda gurau, meledeki satu sama lain.

Tiba-tiba suara Areksa membuat semuanya terdiam. Salah satu diantara mereka tidak mempercayai Areksa, karena sekarang ini sudah jaman yang modern dan tidak mungkin ada jodoh-jodohan lagi.

Jawaban itu disetujui semua, tetapi Areksa menentangnya. Areksa serius dengan perkataannya. Fabian bertanya dengan siapa Areksa dijodohkan. Areksa menggeleng. Areksa tidak mengetahuinya sama sekali karena saat pertemuan keluarga Areksa kabur.

Nino memanggil dua orang gadis yang baru saja datang, mereka semua menoleh termasuk dua gadis itu. Mata Areksa terpaku pada salah satu gadis yang juga menatapnya.

Areksa baru mengetahui jika Febby masih satu sekolah dengannya. Sadar jika Areksa menatapnya, Febby segera mengalihkan perhatiannya. Febby dan temannya melanjutkan jalan ke kelas.

Fabian menepuk pundak Areksa membuat Areksa sadar, Fabian mengajak Areksa ke kelas karena bel sudah berbunyi. Areksa mengikuti teman temannya yang sudah pergi berjalan masuk ke kelasnya.

Malam ini Areksa akan bertemu dengan gadis yang dijodohkan dengannya. Tadinya Ibu Areksa juga ingin ikut, tetapi setelah difikir-fikir pasti ibunya akan bertemu dengan ayahnya hal itu tidak akan membuat Areksa tenang.

Areksa membuka pintu rumah Ayahnya, Areksa masuk berjalan ke tempat ruang pertemuan. Dari kejauhan Areksa sudah bisa melihat punggung gadis itu duduk disamping pria paruh baya yang Areksa yakini itu adalah ayah gadis itu.

Areksa mendekat, mendengar suara Langkah kaki membuat ayahnya dan pria itu menoleh. Ayahnya berdiri menyuruh Areksa mendekat lalu merangkulnya.

Ayah gadis itu berdiri berjabat tangan dengan Areksa dan menyuruh anak gadisnya yang sejak tadi menundukkan kepalanya untuk berdiri.

Perlahan gadis itu mendongakkan kepalanya menatap ayahnya lalu menoleh pada Areksa, keduanya sama-sama terkejut. Febby adalah gadis yang akan dijodohkan dengannya.

Mereka berdua menormalkan Kembali ekspresi lalu bersalaman. Mereka semua duduk dan berbincang-bincang lalu makan malam bersama.

Setelah makan malam selesai Areksa meminta izin pada ayahnya dan juga ayah Febby untuk mengajak Febby berbicara empat mata saja.

Mereka setuju, Areksa berjalan ke halaman belakang diikuti oleh Febby.  Areksa berhenti disebuah tempat duduk yang disediakan di taman.

Areksa menyuruh Febby duduk di kursi itu. Febby menurut, menatap Areksa yang tengah berdiri membelakanginya. Saat Febby akan berbicara Areksa lebih dulu bersuara.

Areksa tidak pernah menyangka jika sosok yang akan dijodohkan dengannya adalah Febby, gadis yang dulu pernah meninggalkan sebuah luka yang sangat membekas di hati Areksa.

Febby membiarkan Areksa mengeluarkan semua isi hatinya. Areksa membalikkan badannya menatap Febby yang duduk. Areksa menanyakan akan tujuan Febby Kembali ke kehidupannya.

Waktu Febby tidak sengaja menabrak Areksa di Lorong rumah sakit itu, Areksa sebenarnya sudah menyadari jika sosok gadis yang menabraknya itu adalah Febby tetapi Areksa tidak terlalu ingin memikirkannya karena jika mengingat kejadian masa lalu akan membuat Areksa emosi.

Areksa sudah bersusah payah melupakan Febby dan kenangan bersamanya. Febby pergi meninggalkan Areksa disaat Areksa sudah mempercayakan kisahnya untuk bersama Febby.

Ternyata Febby meninggalkannya tanpa berbicara sepatah kata pun. Tetapi kini Febby Kembali di saat Areksa benar-benar sudah melupakannya.

Perjodohan

Hari hari Areksa lalui dengan memikirkan masa depannya dengan perjodohan itu. Areksa bimbang apakah Areksa harus menerima perjodohan itu dengan Febby.

Tetapi saat mengingat perlakuan Febby pada dirinya, sangat membuat hati Areksa sesak. Hari ini Areksa berada di lapangan basket, memasukkan bola basketnya ke dalam ring berkali-kali.

Keringat menetes karena Areksa bermain sangat lama dan panasnya matahari siang ini sangatlah terik. Areksa duduk di tengah lapangan dengan menekuk kakinya.

Areksa menyugar rambutnya yang basah. Nafas Areksa terengah-engah karena efek kelelahan. Tiba-tiba Areksa merasakan adanya tangan yang terhalang sebuah benda menyentuh lalu mengelap dahi nya.

Areksa menatap ke samping melihat kaki jenjang dengan kaos kaki putih dan sepatu berwarna lilac.

Areksa mendongak, ternyata Febby menatap dirinya dengan membungkukkan tubuhnya dan sambil tersenyum. Mereka saling bertatapan, Areksa mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Febby tersenyum getir melihat sikap Areksa, lalu menurunkan tangannya perlahan yang tadi Febby gunakan untuk mengelap keringat di dahi Areksa.

Febby menghembuskan nafasnya dan menegakkan tubuhnya lagi. Areksa berdiri, tanpa melihat Febby sedikitpun Areksa langsung melenggang pergi begitu saja. Febby hanya menundukkan kepalanya mengetahui Areksa pergi.

Febby menyadari jika apa yang dirinya lakukan dulu adalah sebuah kesalahan. Febby bersalah akan semuanya. Tetapi, Febby melakukannya dengan suatu alasan yang mungkin tidak bisa dirinya ucapkan.

Febby sungguh masih mencintai masa lalunya. Sangat sungguh tanpa Areksa tau. Febby menyimpannya tanpa semua orang tahu.  Biarpun Areksa mengetahuinya sendiri nanti. Febby tidak akan menghalangi keputusan Areksa.

Selamanya dan semuanya tentang kisah cintanya hanya akan menjadi sebuah rahasia Febby sendiri meskipun berat tapi Febby yakin jika dirinya bisa menjalani hari harinya nanti dan sebelumnya tanpa sosok Areksa.

Areksa melihat Febby yang tengah menahan tangis nya. Sebenarnya Areksa sudah tahu tentang alasan Febby. Areksa memaafkannya.

Tetapi kini Areksa sudah menyadari tentang semuanya. Areksa menjauh karena sadar jika dirinya tidaklah pantas untuk masa depan Febby.

 

 

You May Also Like

About the Author: administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published.